Bhagavata Purana 12.3.30 menegaskan bahwa pada Kali Yuga kebodohan dan kegelapan akan menyelimuti kehidupan di alam material ini. Sebagian besar manusia akan berpaling dari ajaran Dharma, kejahatan merajarela, tipu menipu, sikap angkuh dan faham materialistik mendominasi.
Brahma-vaivarta Purana memaparkan percakapan antara Sri Krishna dengan Dewi Gangga prihal apa yang akan terjadi dengan pengamalan prinsip-prinsip Veda di jaman Kali Yuga sebelum Sri Krishna mengakhiri lila-Nya di Bumi ini.
Pada Brahma-vaivarta Purana sloka 49 Dewi Gangga bertanya kepada Sri Krishna; “he natha ramanashreshtha yasi golokamuttamam asmakam ka gatishcatra bhavishyati kalau yuge, Wahai Pelindung, Penikmat Agung, setelah keberangkatan Anda ke tempat tinggal anda yang sempurna, Goloka, kemudian apa yang akan terjadi di jaman Kali ini?”
Pada Brahma-vaivarta Purana sloka 50 Sri Krishna bersabda: “kaleh pancasahasrani varshani tishtha bhutale papani papino yani tubhyam dasyanti snanatah, 5.000 tahun pertama jaman Kali, orang-orang akan sangat berdosa dan para pendosa akan mengumpulkan dosanya pada dirimu [sungai Gangga ] dengan cara mandi”. Terjadi degradasi moral dan spiritual yang sangat tajam pada awal jaman Kali. Ajaran Veda hanya dijadikan tameng dalam kegiatan materialistik. Upacara-upacara keagamaan kehilangan empat pondasi Dharma yang utama, yaitu kejujuran, kesederhanaan, kesucian dan cinta kasih. Jumlah pengikut ajaran Veda merosot tajam dan terjerat dalam faham keliru. Sebagian lagi hanya mengaku sebagai pengikut Veda tanpa melakukan prinsip-prinsip yang semestinya. Sebagian besar orang sibuk menjadikan upacara dan ritual keagamaan sebagai media demi kesejahtraan material. Menjadikan materi sebagai sarana empuk menyebarkan faham ketuhanan palsu. Pembunuhan dan pembantaian binatang yang hanya atas dasar nafsu dimana-mana, sex bebas, prostitusi dan perjudian merajarela. Namun atas karunia yang tiada sebabnya dari Tuhan Yang Maha Esa, melalui media air suci sungai Gangga, orang-orang berdosa yang mandi di sana akan berangsung-angsur diangkat menuju pada kesucian.
Dalam sloka berikutnya Sri Krishna bersabda; “man-mantropasakasparshad bhasmibhutani tatkshanat bhavishyanti darsanacca snanadeva hi jahnavi, Setelah itu, dengan penglihatan dan sentuhan menyembah-penyembah-Ku dengan mantra-Ku, semua dosa mereka akan dibakar” (Brahma-vaivarta Purana 51).
Berdasarkan sloka 50 dan 51 ini dapat dikatakan bahwa setelah periode 5.000 tahun Kali Yuga, maka akan mulai muncul para penyembah-penyembah Tuhan yang murni yang dengan mantra dari Tuhan akan membakar dosa-dosa orang-orang yang bergaul dengan mereka (sadhu-sanga, atau sat-sanga). Dengan pergaulan dengan penyembah-penyembah (bhakta) Tuhan yang murni, seseorang akan secara berlahan diangkat dari kehidupan yang berdosa dan mencapai kesucian. Kata “man-mantropasaka” mengacu kepada seseorang yang melakukan “upasana” atau pemujaan terhadap Tuhan dengan melakukan “man-mantra”, atau mengucapkan Mantra dari Tuhan.
“harernamani yatraiva puranani bhavanti hi tatra gatva savadhanam abhih sarddham ca shroshyasi, Akan terdapat orang-orang yang mengucapkan nama suci Sri Hari dan membaca Purana di berbagai tempat, dan didengar dengan penuh perhatian” (Brahma-vaivarta Purana 52).
“man-mantra” pada sloka 51 dan dengan keterangan sloka 52 mengacu kepada Maha Mantra yang disebutkan dalam Brhan-Naradiya Purana 38.126; “harer nama harer nama harer namaiva kevalam kalau nastyeva nastyeva nastyeva gatir anyata, Pada jaman Kali, tidak ada cara lain, tidak ada cara lain, tidak ada cara lain untuk mencapai kemajuan spiritual selain dari pada mengucapkan /mengumandangkan /mengidungkan /menyanyikan nama suci Sri Hari”. Dan dalam Kalisantarana Upanisad disebutkan mantra yang cocok pada jaman Kali Yuga ini; “Hare Krishna Hare Krishna, Krishna Krishna Hare Hare Hare Rama Hare Rama, Rama Rama Hare Hare”.
Lebih lanjut tentang nama suci Tuhan dapat dibaca dalam artikel “Hari-Nama Sankirtana”.
“purana shravanaccaiva harernamanukirtanat bhasmibhutani papani brahma-hatyadikani ca, Reaksi berdosa termasuk pembunuhan seorang Brahmana dapat diatasi dengan mendengarkan Purana dan mengucapkan nama-nama suci Sri Hari sebagaimana dilakukan oleh para penyembahnya” (Brahma-vaivarta Purana 53). “bhasmibhutani tanyeva vaishnavalinganena ca trinani shushkakashthani dahanti pavako yatha, Sama seperti rumput kering dibakar oleh api, para penyembah-Ku dapat membakar segala dosa” (Brahma-vaivarta Purana 54). “tathapi vaishnava loke papani papinamapi prithivyam yani tirthani punyanyapi ca jahnavi, O Gangga , seluruh planet akan menjadi tempat ziarah suci oleh kehadiran penyembah-Ku, mekipun tempat itu sebelumnya penuh dengan dosa” (Brahma-vaivarta Purana 55). “madbhaktanam sharireshu santi puteshu samtatam madbhaktapadarajasa sadyah puta vasundhara, di dalam badan para penyembah-Ku terdapat kekekalan, Ibu Pertiwi akan menjadi suci oleh debu kaki para penyembah-Ku” (Brahma-vaivarta Purana 56). “sadyah putani tirthani sadyah putam jagattatha manmantropasaka vipra ye maducchishtabhojinah, Antara tempat ziarah yang suci dan seluruh dunia akan menjadi sama, seluruh penyembah-penyembah-Ku yang cerdas yang mengucapkan mantra-Ku (man-mantro) dan memakan sisa persembahan (mad- ucchishtabhojinah) akan menyucikan segalanya” (Brahma-vaivarta Purana 57). “mameva nityam dhyayante te mat pranadhikah priyah tadupasparshamatren puto vayushca pavakah, mereka lebih sayang kepada-Ku dari pada kehidupannya. Yang selalu bermeditasi hanya kepada-Ku, udara dan api menjadi murni meskipun tanpa sentuhan langsungnya” (Brahma-vaivarta Purana 58). “kaler dasha-sahasrani madbhaktah santi bhu-tale ekavarna bhavishyanti madbhakteshu gateshu ca, Selama 10.000 tahun pada jaman Kali ini, seluruh penyembah-Ku akan memenuhi semua planet, setelah kepergian penyembah-penyembah-Ku hanya akan menyisahkan satu varna” (Brahma-vaivarta Purana 59). “madbhaktashunya prithivi kaligrasta bhavishyati etasminnantare tatra krishnadehadvinirgatah, tanpa mengikuti penyembah-Ku, Bumi ini akan terbelenggu oleh pengaruh buruk kali-Yuga, Krishna mengatakan hal ini pada saat kepergian-Nya”.
Kebangkitan ajaran Dharma (Veda) dan khususnya gerakan sankirtana (pengucapan nama-nama suci Tuhan) terjadi setelah 5000 tahun kali yuga dan akan mencapai puncak keemasannya setelah 10.000 tahun. Ciri-ciri kebangkian ini sudah bisa kita saksikan saat ini, dimana semakin banyak orang-orang terpelajar dari dunia barat yang mengikuti prinsip-prinsip ajaran Veda (lihat: Wikipedia.org). Di nusantara sendiri juga terdapat ramalan Sabdo Palon dan Jayabaya yang menyatakan kebangkitan ajaran Hindu/Veda setelah 500-an tahun runtuh Majapahit di Nusanara. Para penekun tenaga dalam Reiki dan Sinci juga percaya bahwa pada jaman ini adalah adalah dimulainya jaman keemasan bagi para spiritualis.
No comments:
Post a Comment