Surga Neraka dan Struktur Dasar Alam Semesta
Disebutkan bahwa orang dapat mencapai Surga atau Neraka sebagai hasil segala kegiatan mereka. Hal ini terjadi berdasarkan kombinasi karma yang telah dikumpulkan oleh seseorang dan sesuai dengan sifat-sifat alam (guna) tertentu yang ia miliki. Namun, apakah sebenarnya Surga dan Neraka itu? Apakah Surga merupakan sebuah tempat dimana kita dapat menikmati hidup secara abadi bersama dengan orang-orang yang pernah kita kenal dan pernah kita cintai? Apakah Neraka merupakan sebuah tempat dimana kita menderita kutukan abadi atas berbagai kesalahan karena kita tidak hidup seperti layaknya yang diyakini beberapa orang? atau apakah kita diberikan kesempatan hanya sekali dalam kehidupan ini untuk mencapai Surga atau terkutuk di Neraka selamanya? Atau semua ini hanyalah tingkatan pikiran?
Banyak orang memiliki banyak kesalahpahaman tentang apa itu Surga dan apa itu Neraka. Kebanyakan orang setuju bahwa menjalani sebuah kehidupan yang kedengaran religius untuk mencapai Surga, adalah tujuan tertinggi. Tetapi untuk meluruskannya, kita harus memiliki uraian tentang Surga dan Neraka secara mendetail, dan pengetahuan seperti ini dapat ditemukan di dalam literatur Veda.
Pertama-tama, kitab-kitab Veda setuju sistem planet Bumi ini merupakan sistem planet pertengahan di alam semesta. Dari sini seseorang dapat naik ke planet-planet Surgawi atau turun ke planet-planet Neraka. Seluruhnya, alam semesta ini tersusun atas empat belas susunan sistem planet, dan seperti halnya kita telah lahir di planet Bumi ini, kita dapat juga meningkatkan diri dengan kegiatan-kegiatan kita untuk lahir di setiap berbagai susunan planet baik yang di atas maupun yang di bawah. Untuk lebih memahami bagaimana semua hal ini terjadi, pertama kita harus mengerti dimanakah Surga dan Neraka berada di dalam alam semesta ini.
Struktur Dasar Alam Semesta[1]
Dalam penjelasannya, kitab-kitab Veda mengumpamakan alam semesta (jagat raya) materiil sebagai sebuah awan dalam sebuah sudut Angkasa rohani (dunia rohani)·. Di dalam awan ini ada alam semesta yang jumlahnya tak terhitung. Setiap alam semesta ditutupi oleh sebuah cangkang yang terbuat dari unsur-unsur materiil, yang menjadikan sisi dalamnya sepenuhnya gelap kecuali di daerah sinar matahari. Srimad Bhagavatam (3.11.41) menjelaskan: “Lapisan-lapisan unsur yang menutupi alam semesta, masing-masing sepuluh kali lebih tebal dari lapisan sebelumnya, dan kumpulan seluruh alam semesta bersama-sama kelihatan bagai atom-atom dalam kombinasi yang besar.”
Hal ini menandakan bahwa jika kita bertualang ke kulit luar alam semesta yang gelap, maka kita akan melewati sebuah cangkang yang terbuat dari unsur tanah yang mengelilingi alam semesta. Ketebalan cangkang ini sepuluh kali lebih tebal dibandingkan lebar alam semesta. Lapisan cangkang yang pertama adalah lapisan tanah, kemudian ada lapisan air yang tebalnya sepuluh kali tebal lapisan tanah, kemudian ada lapisan-lapisan (secara berurutan) api, udara, ether, pikiran, kecerdasan dan keakuan palsu. Tentu saja, wujud unsur-unsur di lapisan-lapisan ini lebih halusdaripada berbagai wujudnya kita temukan di muka Bumi ini. Interior alam semesta sangat kecil dibandingkan lapisan-lapisan berbagai unsur yang mengelilinginya. Oleh karena itu, tak pelak lagi, tak seorang pun akan pernah mampu keluar dari alam semesta ini dengan segala alat mekanik atau dengan cara kesempurnaan material.
Berdasarkan literatur Veda, Matahari terletak di bagian pertengahan. Seperti diuraikan dalam Srimad Bhagavatam (5.20.43-46): “Matahari berada di pertengahan alam semesta, yaitu di wilayah ruang (antariksha) antara Bhurloka dan Bhuvarloka. Planet Matahari membagi segala arah alam semesta. Karena kehadiran mataharilah kita dapat mengerti apa itu angkasa, apa itu planet-planet yang lebih tinggi, dan apa itu dunia ini
Kitab-kitab Veda sering menguraikan berbagai jenis planet dengan sebutan Dvipa atau Varsha, yang berarti ’pulau’ dan ’pelindung’ bagi banyak makhluk hidup, di dalam samudra luas ruang angkasa ini. Setiap planet diatur berbeda satu sama lain dengan masing-masing iklimnya, ciri khas atau keistimewaan, keajaibannya dan dilengkapi dengan berbagai jenis benda-benda untuk memenuhi kebutuhan berbagai penghuninya yang spesifik pula. Diuraikan dalam Padma Purana bahwa ada 8.400.000 spesies (jenis) kehidupan dan masing-masing spesies memiliki tempat hidupnya masing-masing berupa lingkungan tertentu yang ada dalam berbagai planet. Beberapa spesies kehidupan ada di dalam air, beberapa di udara, beberapa di dalam tanah dan di atas tanah, beberapa di dalam panas atau api. Oleh karena itu, bukan suatu yang mengherankan ada kehidupan di planet-planet yang lain, seperti yangdiuraikan di dalam kitab-kitab Veda, baik kehidupan seperti itu dapat kita lihat maupun tidak, dengan indera-indera atau peralatan kita yang tumpul atau tidak sempurna.
Planet Bumi yang berada di tengah ”sistem perplanetan”, disebut Bharata-varsha atau Jambudvipa. Kitab Srimad Bhagavatam (5.20.3-42) menguraikan enam dvipa ’pulau’ (baca: planet) utama lainnya di atas Jambudvipa. Planet-planet itu adalah Plaksadvipa lalu Salmalidvipa. Diatasnya ada Kusadvipa, atau ”planet” Bulan. Di atas Kusadvipa ada Krauncadvipa yang memiliki lebar atau diameter 12.800.000 mil. Diatasnya ada planet Sakadvipa, merupakan planet bagi orang-orang saleh, yang mana para penduduknya melaksanakan pranayama dan yoga-mistis (mistic yoga), dan dalam Samadhi memuja Penguasa Tertingi dalam wujud Vayu.
Planet berikutnya adalah Puskaradvipa atau Brahma-loka, berdiameter 51.200.000 mil. Planet ini memiliki samudra berisi air yang sangat lezat. Di planet ini ada bunga padma raksasa dengan 100.000.000 kelopak bunga dari emas murni ’pure golden petals’, seterang nyala api. Bunga ini dianggap tempat duduknya Dewa Brahma, makhluk hidup yang paling perkasa di alam semesta dan oleh karena itu kadang-kadang disapa dengan sebutan Bhagavan. Penduduk planet ini memuja Yang Kuasa yang diwakili oleh Dewa Brahma. Di tengah pulau/planet ini ada gunung besar yang bernama Manasottara, yang memiliki batas antara sisi dalam dan sisi luar pulau itu. Lebar dan tinggi gunung itu adalah 80.000 mil.
Di gunung itu, di keempat arahnya, merupakan markas-markas kediaman para dewa seperti Dewa Indra. Di dalam kereta Dewa-Matahari, sang matahari menjelajahi puncak gunung itu di dalam sebuah orbit yang bernama Samvatsara, melingkari Gunung Meru. Jalur matahari di sebelah utara disebut Uttarayana, dan jalurnya disebelah selatan disebut Daksinayana. Satu sisi (enam bulan, musim panas kita) mewakili satu siang bagi para dewa, dan sisi yang lain (enam bulan, musim dingin kita) mewakili malam para dewa. Dengan cara demikian, kita dapat mengerti bahwa satu tahun kita tak lain adalah sehari bagi para dewa. Oleh karena itu, hidup mereka sangat panjang, hampir seperti kekal jika dibandingkan dengan hidup kita di Bumi. Itulah mengapa beberapa agama mengatakan kehidupan di Surga adalah kekal.
Tidak perlu dikatakan, ini merupakan sebagian uraian tentang ”planet-planet atas” dan letak planet-planet (loka) ini seperti yang diuraikan oleh para mistikus dalam literatur Veda. Tetapi, seperti dengan mudah kita mulai dapat lihat, hanya orang-orang yang saleh dan maju secara spiritual dapat memasuki planet-planet Surga yang lebih tinggi ini. Oleh karena itu, mereka yang kurang beriman dan tidak bertuhan hanya dapat memasuki ”planet-planet bawah.”
Srimad Bhagavatam (5.24.1-6) menjelaskan bahwa di bawah ”planet-planet atas”-- ‘higher planets’ ini, namun masih di atas Bumi, ada planet-planet yang lain, yaitu mulai dari planet Rahu yang berjarak 80.000 mil di bawah matahari. Planet ini bergerak bagaikan salah satu bintang namun ia merupakan sebuah planet gelap dan tak terlihat; yang mana, keberadaannya dapat dilihat kadang-kadang ketika ada sebuah gerhana. Di bawah rahu 80.000 mil lagi ada planet-planet yang bernama Siddhloka (dimana hidup para Siddha, atau makhluk-makhluk yang secara alamiah memiliki kesempurnaan mistis, seperti bisa terbang dari satu planet ke planet lain tanpa memakai mesin, Caranaloka (dimana hidup para Carana atau para makhluk mirip minstrel ’penyanyi atau penyair pengelana’), Gandharvaloka (dimana hidup para Gandharva atau makhluk ’malaikat’ bersayap), dan Vidyadharaloka (dimana hidup para Vidyadhara, makhluk-makhluk halus yang menguntungkan, yang amat cantik dan bijaksana). Di bawah planet-planet ini merupakan tempat kenikmatan untuk para Yaksha (makhluk-makhluk halus misterius yang sering mengunjungi sawah-sawah dan hutan-hutan), para Rakshasha (makhluk raksasa yang mengembara tiap malam, dan juga membentuk kapal dan dapat mengambil wujud seperti anjing, burung hering, burung hantu, orang kerdil, dan lain-lain). Para Pishaca (makhluk-makhluk iblis yang makan daging, dapat merasuki orang-orang dan berkumpul di kuburan atau tempat crematorium dengan hantu lainnya), dan makhluk lainnya seperti hantu dan yang lainnya. Di bawah planet-planet yang gelap dan tak terlihat ini, sekitar ratusan mil adalah planet Bumi.
Di bawah Bumi ada tujuh planet lainnya, yang bernama Atala, Vitala, Sutala, Talatala, Mahatala, Rasatala dan Patala. Di tujuh sistem planet ini, yang juga terkenal dengan nama ”Surga Bawah” (bila-svarga), ada rumah-rumah, taman-taman dan tempat kenikmatan indrawi yang sangat indah, dan bahkan lebih mewah dibanding planet-planet diatas karena para raksasa memiliki standar kenimatan sensual yang sangat tinggi. Sebagian besar para penduduk planet-planet ini menikmati hidup tanpa gangguan. Demikianlah mereka dapat dimengerti sangat terikat kepada kebahagian ilusif.” (Bhag. 5.24.87-9)
Selanjutnya Bhagavatam menjelaskan planet dibawah Atala adalah planet Vitala, dimana Dewa Shiva tinggal dengan rekan-rekan pribadinya, para hantu dan makhluk sejenisnya. Planet dibawahnya adalah Sutala dimana Bali Maharaj tinggal bahkan sampai sekarang. Di bawah Planet Sutala adalah Planet Talatala, yang diperintah oleh raksasa Danava bernama Maya. Maya dikenal sebagai Acharya 9 guru dari semua Mayavi (penyihir), yang dapat mengundang kekuatan sihir. Planet dibawah Talatala bernama Mahatala. Planet ini adalah kediaman ular berkepala banyak, keturunan Kadru, yang selalu suka marah.
Di bawah Mahatala ada planet bernama Rasatala, yang merupakan tempat putera-putera raksasa dan keturunan Diti dan Danu. Mereka sangat perkasa dan kejam dan semuanya merupakan musuh para dewa. Di bawah Rasatala ada sistem planet lain yang bernama Patala atau Nagaloka, dimana banyak ada ular raksasa. Pemimpin mereka adalah Vasuki. Mereka semua sangat pemarah, dan mereka memiliki banyak kepala. Kepala-kepala ini dihiasi dengan permata-permata berharga, dan cahaya yang memancar dari permata-permata ini menyinari semua system planet di bila-svarga ”Surga Bawah”.
Tepat 240.000 mil di bawah Planet Patala tinggal salah satu inkarnasi Tuhan Yang Maha Kuasa. Dia adalah Ekspansi Sri Vishnu yang bernama Sri Ananta atau Sri Sankarsana. Sri Sankarana merupakan lautan sifat-sifat rohani yang tidak terbatas, sehingga Dia juga disebut Anantadeva. Dia tidak berbeda dengan Tuhan Yang Maha Esa sendiri. Untuk kesejahteraan semua Makhluk hidup di dunia materiil, Dia bersedia tinggal disana, menahan kemarahan dan intoleran-Nya.
Pada waktu peleburan (kiamat), Ketika Sri Anantadeva ingin menghancurkan seluruh cipataan, Dia menjadi sedikit marah. Kemudian dari kedua alis-Nya muncul Rudra bermata tiga, membawa trisula. Rudra ini merupakan ekspansi dari Dewa Shiva, muncul dengan tujuan menghancurkan seluruh ciptaan.
Para dewa, para raksasa, para Uraga, Siddha, Gandharva, Vidyadhara dan banyak resi-resi maju menghaturkan doa-doa secara teratur kepada Sri Anantadeva. Sri Anantadeva memuaskan pelayan-pelayan-Nya, yaitu dewa-dewa utama, dengan getaran-getaran yang manis yang memancar dari mulut-Nya. Dia mengenakan pakaian berwarna kebiruan dan mengenakan anting tunggal, membawa sebuah bajak di punggung-Nya dengan dua tangan-Nya yang berbentuk dengan baik dan indah. Kelihatan seputih Raja Surga, Indra. Dia juga mengenakan sebuah ikat pinggang keemasan, dan sebuah kalungan bunga vaijayanti yang terbuat dari tulasi yang selalu segar di leher-Nya. Dengan cara demikian, Dia menikmati lila-Nya yang penuh berkat.
Srimad Bhagavatam menguraikan bahwa tidak ada akhir bagi keagungan dan kebesaran sifat-sifat Sri Anantadeva Yang Perkasa. Tentu saja, Kekuatan Sri Anantadeva tidak terbatas. Meskipun Dia Self-Sufficient, Namun Dia Sendiri merupakan penyangga segala sesuatu. Sri Anantadeva berada di bawah sistem planet paling bawah di atas lautan Garbhodaka dan dengan mudah menopang seluruh alam semesta.
Di atas kediaman Sri Anantadeva, di pertengahan ruang antara tiga-dunia dan lautan luas Garbhodaka yang memenuhi bagian bawah alam semesta, merupakan tempat dimana planet-planet Neraka berada. Planet-planet Neraka ini berada di bagian selatan alam semesta, di bawah Bhu-mandala, dan sedikit di atas air lautan Garbhodaka. Pitriloka, planet para leluhur, juga terletak di wilayah antara lautan Garbhodaka dan sistem planet paling bawah. Semua penduduk Pitriloka, dipimpin oleh Agnisvatta, bermeditasi di dalam Samadhi yang khusuk kepda Tuhan Yang Maha Esa dan selalu mengharapkan keluarganya baik-baik saja.
Uraian tentang Neraka
Planet-planet Neraka merupakan tujuan bagi mereka yang berajal untuk mengalami penderitaan sebagai pahala (hasil) atas segala kegiatan mereka yang jahat dan keji, tentu saja jika orang bisa memilih sendiri, apakah mereka akan pergi ke Neraka atau tidak, maka tak seorang pun akan memilih pergi kesana. Tapi sayangnya kita tidak bisa memilih, dan hal ini tergantung pada otoritas-otoritas yang lebih tinggi, yang menyaksikan dan menghakimi segala tindakan kita. Ada kesalahpahaman umum diantara banyak orang bahwa sepanjang apa yang kita lakukan tidak membahayakan seseorang atau tidak terilihat siapapun, maka kita bebas melakukan segala hal yang kita inginkan. Namun kitab Veda menekankan bahwa, “Matahari, api, angkasa, udara, para dewa, bulan, senja, malam, siang, segala arah, air, tanah, dan Roh Yang Utama (Paramatma) Sendiri semuanya menyaksikan segala kegiatan makhluk hidup.”(bhag.6.1.42) menurut saksi-saksi ini, makhluk hidup tidak dapat pergi kemanapun dimana tidak ada yang melihat apa yang dilakukannya.
Yamaraja merupakan Dewa Penguasa planet-planet Neraka dan pengatur akhirat bagi mereka yang ditakdirkan untuk menghuni Neraka ini (wilayah alam-semesta yang lebih gelap). Srimad Bhagavatam menguraikan bahwa Yamaraja tinggal di Pitriloka bersama pelayan-pelayan pribadinya dan sambil menerapkan aturan dan peraturan yang ditetapkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, memiliki agen-agen yang bernama Yamadhuta (para bala tentara Yamaraja), menyeret semua orang-orang berdosa kehadapan Yamaraja segera setelah seseorang meninggal. Setelah Para Yamadhuta membawa orang-orang berdosa itu ke pengadilan Yamaraja, beliau menghakimi meraka secara pantas sesuai kegiatan dosa tertentu yang dilakukannya dan mengirim mereka ke salah satu planet-planet Neraka untuk hukuman yang cocok.
“Beberapa otoritas mengatakan bahwa ada total 21 planet Neraka, dan beberapa mengatakan 28. Nama-nama planet Neraka itu adalah: Tamisra, Andhatamisra, Raurava, Maharaurava, Kumbhipaka, Kalasutra, Asipatravana, Sukaramukha, Andhakupa, Krmibhojana, Sandamsa, Taptasurmi, Vajrakanttaka-salmali, Vaitrani, Puyoda, Pranarodha, Visasana, Lalabhaksa, Sarameyadana, Avici, Ayahpana, Ksarakardama, Raksogana-bhojana, Sulaprota, Dandasuka, Avatanirodhana, Paryavartana da Sucimukha. Semua planet-planet Neraka ini dimaksudkan sebagai tempat hukuman bagi makhluk hidup.” (Bhag. 5.26.7)
Diseluruh literatur Veda, khususnya di dalam kitab-kitab Purana, ada uraian mengenai planet-plnaet Neraka ini. Kami hanya akan memasukan sebagian kecil dari uraian-uraian ini agar tidak membuat bab ini terlalu panjang, tetapi sekurang-kurangnya kita dapat melihat tempat semacam apakah Neraka itu dan orang-orang macam apa saja yang diangkut kesana.
“Seseorang yang mengambil alih istri sah, anak-anak atau uang orang lain diseret pada saat kematian, oleh Yamadhuta yang menakutkan, yang mengikatnya dengan tali waktu dan melemparkannya dengan paksa ke dalam planet-planet Neraka yang bernama Tamisra. Di planet yang gelap ini, orang-orang berdosa di hukum oleh para Yamadhuta, yang memukuli dan memarahinya. Dia menderita kelaparan, dan ia tidak diberikan air untuk diminum. Demikianlah para asisten Yamaraj yang penuh murka, membuatnya menderita, dan kadang-kadang ia jatuh pingsan menerima berbagai siksaan mereka.” (Bhag.5.26.8).
“Di dalam kehidupan ini, orang-orang melakukan kekerasan terhadap para makhluk hidup. Oleh karena itu, setelah kematian, ketika ia diseret ke Neraka oleh Yamaraj, para makhluk hidup itu yang dulu ia sakiti muncul sebagai binatang yang bernama ruru untuk memberikan rasa yang amat sakit padanya. Orang terpelajar menyebut Neraka ini Raurava. Hewan ini tak dapat kita lihat di Bumi, ruru ini memiliki sifat lebih iri daripada ular.” (bhag.5.26.11)
Setiap orang dapat melihat bahwa ada orang-orang yang memiliki mentalitas Raksasa/iblis dan bersenang-senang dengan menyakiti makhluk lain tanpa rasa adil (justiable). Orang yang melakukan kekerasan seperti itu akan diseret ke Neraka yang bernama Raurava, dimana para makhluk hidup yang telah mereka sakiti di masa lalu mengambil wujud sebagai ruru dan memberikan penderitaan yang luar biasa kepada mereka, seperti dijelaskan dalam ayat berikut:
“Hukuman di Neraka yang bernama Maharaurava adalah wajib bagi orang yang memelihara badannya dengan menyakiti makhluk hidup lainnya. Di Neraka ini, ada hewan Ruru yang dikenal dengan nama Krayavada menyiksa dan memakan dagingnya. Untuk pemeliharaan badan mereka dan untuk kepuasan lidah mereka, Orang-orang jahat memasak hidup-hidup hewan-hewan dan burung–burung lemah. Orang-orang seperti itu dikutuk bahkan oleh pemakan manusia sekalipun. Pada kehidupan mereka kemudian, mereka diseret oleh para Yamadhuta ke Neraka yang bernama kumbhipaka, dimana mereka dimasukkan ke dalam minyak yang mendidih.” (Bhag. 5.26.12-13)
“Seorang pembunuh Brahmana[2] dimasukkan ke Neraka yang bernama Kalasutra, yang memiliki garis tengah 80.000 mil dan seluruhnya terbuat dari tembaga. Dipanasi dari bawah oleh api dan dari atas oleh Matahari yang membara, permukaan tembaga planet ini sangat panas sekali. Demikianlah para pembunuh Brahmana menderita terbakar baik dari dalam maupun dari luar. Dari dalam ia terbakar oleh rasa lapar dan haus, dan dari luar dia terbakar oleh panas matahari dan api yang berada di bawah permukaan tembaga. Oleh karena itu, kadang-kadang mereka terbaring, kadang duduk, kadang-kadang berdiri, dan kadang-kadang berlari kesana kemari. Dia harus menderita seperti ini selama ribuan tahun sebanyak rambut yang ada di tubuh seekor hewan ” (Bhag. 5.26.14)
“Di dalam kehidupan yang akan datang, seorang raja atau wakil pemerintah yang berdosa, yang menghukum orang yang tidak berdosa, atau yang memberikan hukuman pada badan seorang brahmana, diseret oleh Yamadhuta ke Neraka yang bernama Sukharamuka, dimana asisten Yamaraj yang paling perkasa menghancurkannya, percis seperti orang meremas tebu untuk mendapatkan airnya. Para makhluk hidup yang berdosa menangis dengan menyedihkan dan akhirnya pingsan, sama seperti seorang manusia yang tidak berdosa menjalani hukuman. Ini adalah akibat dari menghukum orang yang tidak bersalah.” (bhag. 5.26.16)
“Seseorang, tanpa adanya keadaan darurat (in the absence of emergency), merampok seorang Brahmana atau bahkan orang lain (yang bukan Brahmana sekalipun) dan mengambil permata (atau benda-benda berharga)-nya dan emas, ditempatkan ke dalam Neraka bernama Sandamsa. Di sana kulitnya dilapisi dan dipisahkan oleh bola-bola dan jepitan besi merah panas, maka keseluruhan badannya terpotong menjadi berkeping-keping.” (Bhag. 5.26.19)
Ketika menulis bagian ini dan bermukim di Detroit, dimana di sana saya tidak tak-umum (alias sudah biasa) mendengar kesedihan orang-orang tua yang tidak punya uang dan kelaparan dan hanya bergumul dari hari ke hari hanya untuk bertahan hidup. Dalam banyak kasus, salah satu alasan mereka tidak memiliki kebutuhan uang lagi, untuk merawat diri mereka lebih baik adalah karena mereka telah dirampok, bukan satu dua kali, tetapi berulang kali. Situasi ini menjadikan mereka sangat sulit untuk menghabiskan hari-hari terakkhir masa tua mereka dengan kedamaian dan kebahagiaan. dari ayat di atas, kita dapat belajar bahwa para pencuri yang mencuri, mencoleng, dan juga memukul penduduk yang tidak bersalah demi kesenangan sendiri berakhir di Neraka yang bernama Sandamsa. Para Kriminal ini mungkin bisa lolos dari hukum setempat, tetapi mereka tidak akan pernah lolos dari hukum alam yang ditetapkan oleh Tuhan. Pada waktu kematian, Kriminal-kriminal itu dengan segera diseret oleh tentara Yamaraja dan dihukum dengan mengupas kulit mereka dengan jepitan besi panas. Jika semua pencuri tahu nasib seperti itu menantinya setelah kematian atas penderiataan yang ia timbulkan pada yang lainnya, dia tidak akan melanjutkan kegiatan semacam itu.
“Seorang laki-laki atau wanita yang terlibat dalam hubungan seksual dengan pasangan tidak sah, dihukum setelah kematiannya oleh para asisten Yamaraja di Neraka yang bernama Taptasurmi. Disanalah laki-laki dan wanita yang melakukan kesalahaan itu, dipukul dengan cambuk. Sang laki-laki dipaksa untuk memeluk besi merah panas yang berbentuk wanita. Dan yang wanita dipaksa untuk memeluk besi yang sama namun berbentuk laki-laki. Itulah hukuman bagi seks yang tidak sah.” (Bhag. 5.26.20)
Hukuman-hukuman di planet-planet Neraka kedengarannya sangat kejam, namun seseorang menjadi kapok dan menyesal dengan menderita sambil mengingat kegiatan–kegiatan berdosa masa lalunya (Ketika mendapat hukuman di sana-ed). Seseorang seperti itu mungkin masih membawa penderitaannya yang mendalam di alam bawah sadar mereka pada (sampai) kehidupan selanjutnya dan dapat menahan diri untuk tidak melakukan kegiatan yang sama di masa mendatang.
“Di wilayah kekuasaan Yamaraja, ada ratusan dan ribuan planet-planet Neraka. Orang-orang tidak saleh seperti yang telah saya sebutkan-dan yang tidak saya sebutkan—semuanya harus masuk ke berbagai planet-planet ini sesuai dengan tingkat ketidaksalehan mereka. Mereka yang saleh, bagaimana pun juga, memasuki sistem planet yang lain, planet-planet para dewa. Namun, baik yang saleh maupun yang tidak saleh, kedua-duanya juga akan dibawa ke Bumi setelah segala pahala kegiatan saleh atau tidak saleh mereka habis.” (bhag. 5.26.37)
Dari ayat ini, kita dapat mengerti bahwa Neraka bukanlah sebuah tempat dimana kita dihukum secara abadi. Neraka hanyalah tempat untuk menerima reaksi-reaksi tertentu dari suatu kegiatan jahat. Namun, sesuai dengan intensitas penderitaan, maka seolah-olah kelihatannya kekal. Setelah setelah reaksi dari segala kegiatan-kegiatan habis dinikmati, orang itu umumnya kembali memasuki atmosfer Bumi untuk memulai lagi. Kemudian dia dapat melanjutkan mengembara lagi ke berbagai tingkat sistem planet, atau berbagai spesies kehidupan, sampai secara bertahap, ia mengalami berbagai aspek eksistensi material, dari planet-planet paling bawah sampai planet-planet Surga. Bagaimanapun juga, kita harus mengetahui bahwa mengembara terus-menerus ke berbagai sistem planet, atau ke berbagai spesies kehidupan, bukanlah cara untuk mendapatkan kebahagian sejati. Kebahagian yang selalu kita rindukan berada diluar jangkauan alam material ini baik dari atas sampai bawah, atau Surga Neraka yang bersifat sementara di dunia ini.
Gambaran Tentang Surga
Kita semua mengetahui bahwa jika diberikan pilihan, maka semua orang akan memilih masuk Surga. Dan sebagian besar orang mempunyai sejenis pemahaman akan Surga yang membuat mereka yakin bahwa Surga adalah suatu tempat yang luar biasa. Bahkan jika kehidupan kita di Bumi jauh dari ideal, jika kita sekali sudah mencapai Surga, maka segala sesuatunya akan menjadi baik-baik saja. Namun, ketika banyak orang memberitahu saya tentang Surga, saya mendapatkan opini yang berbeda-beda.
Di dalam kitab-kitab Veda, kita mendapatkan keterangan yang eksplisit tentang Surga, misalnya kita dapat melihat beberapa tempat di Bumi yang sebenarnya bagaikan Surga. Jika Andamengunjungi sebuah pulau tropis dimana ada pantai-pantai panjang berpasir putih yang cukup mendapat cahaya matahari yang dilengkapi dengan hembusan angin sejuk yang melewati pohon-pohonnya, membawa aroma bunga-bunga eksotis dan suara-suara ombak air sebening kristal, menghempas tepi pantai dan jangan lupa pula, ada gadis-gadis yang berbadan indah memakai busana penuh warna, siap melayani segala kebutuhan kita. Tidakkah Andamerasa seperti di Surga? Tidak diragukan banyak orang akan suka pengalaman dan pemandangan semacam itu, karena setiap orang tertarik dalam kenikmatan material. Namun, masalahnya adalah tempat-tempat seperti itu sulit dicapai atau memakan banyak biaya untuk tinggal lama disana atau kita harus segera balik setelah kunjungan singkat. Kunjungan semacam itu tidak pernah cukup, dan kita akan selalu ingin kembali ke tempat-tempat serupa, lagi dan lagi.
Srimad Bhagavatam menguraikan bahwa tempat-tempat Surgawi itu merupakan tempat dimana para makhluk hidup menghabiskan/menggunakan kegiatan-kegiatan salehnya yang lalu. Tempat-tempat Surgawi ditemukan di tiga tempat yaitu di atas Bumi, Surga planet-planet bawah, dan planet-planet Surga atas. Hanya orang-orang yang sangat saleh dapat memasuki ”Surga Atas”. Orang-orang hanya dapat mengalami atmosfer Surga yang lebih rendah yang dapat ditemukan di Bumi atau ”Planet-planet bawah”.
Dijelaskan di dalam Srimad Bhagavatam (5.17.12) bahwa di Surga atas termasuk di Bumi sebelum munculnya zaman kali ribuan tahun yang lalu para penduduk hidup selama sepuluh ribu tahun dan semuanya mirip dewa. “Mereka mempunyai kekuatan badan sepuluh ribu gajah dan badan sekuat halilintar. Masa muda dalam kehidupan mereka sangat menyenangkan, baik pria dan wanita menikmati persatuan seks dengan sangat menyenangkan dengan jangka waktu yang lama. Setelah sekian lama mengalami kenikmatan sensual dan ketika sekitar setahun masa kehidupan masih tersisa sang istri mendapatkan seorang anak. Demikianlah standar kesenangan para penuduk Surga ini sama persis dengan manusia yang hidup pada Treta Yuga (ketika tidak ada gangguan).
Bahkan Planet Bumi ini merupakan Surga pada zaman Satya Yuga dan Treta Yuga. Setiap orang sangat saleh dan mempraktekkan Yoga. Mereka tidak begitu memedulikan kenikmatan indrawi, meskipun tersedia dengan mudah. Demikianlah, Planet Bumi menyediakan para penduduknya dengan segala yang mereka butuhkan dengan atmosfer yang paling menyenangkan. Baru kemudian, setelah datang Dvapara Yuga dan khususnya zaman sekarang Kali Yuga,
“Ada banyak taman penuh bunga dan buah sesuai dengan musim, dan ada pertapaan-pertapaan yang dihias dengan baik. Antara gunung-gunung besar yang membatasi wilayah-wilayah di sana, ada danau-danau sangat besar berisi air jernih penuh dengan bunga-bunga padma yang baru tumbuh. Burung air seperti angsa, bebek, ayam air, dan angsa merasa sangat senang karena keharuman bunga-bunga padma, dan suara-suara kumbang yang mempesona, memenuhi udara. Para penduduk tempat ini merupakan pemimpin-pemimpin penting di antara para dewa. Selalu disertai oleh para pelayan mereka yang terhormat, mereka menikmati hidup di taman-taman disisi-sisi danau. Dalam keadaan yang menyenangkan, istri-istri para dewa tersenyum dengan riang kepada suami-suami mereka dan melihat mereka dengan tatapan nafsu. Seluruh dewa dan istri-istrinya disediakan bubuk cendana dan kalungan bunga secara teratur oleh pelayan-pelayan mereka. Dengan cara demikian, para penduduk varsha kedelapan menikmati, tertarik dengan kegiatan lawan jenis.
Dari uraian ini, kita dapat melihat bahwa kesenangan Surgawi yang dialami oleh para penduduk ‘planet-planet atas’ sering berdasarkan seks dan semua itu hanya kenikmatan indrawi yang berbentuk lebih halus saja. Hal ini tidak banyak berbeda dari apa yang dialami oleh manusia di Bumi. Satu perbedaannya adalah para penduduk planet- planet tersebut menikmati hal seperti itu tanpa ada gangguan selama bertahun-tahun jika mereka menginginkan. Sedangkan, para penduduk Bumi hanya dapat menikmati hal seperti itu hanya dalam waktu singkat.
Uraian lain tentang beberapa bagian Surga di ‘planet-planet atas’ adalah tentang Gunung Trikuta, yang tingginya 80.000 mil dan dikelilingi oleh sebuah lautan susu. Seperti halnya Bumi dikelilingi oleh air asin, planet-planet atas juga memiliki lautan, namun terdiri dari air-air yang lebih menyenangkan.
“Tiga bahan dasar utama yang ada di puncak Gunung Trikuta terbuat dari besi, perak dan emas, yang memperindah segala arah dan angkasa. Gunung ini juga memiliki puncak yang lain, yang penuh dengan permata dan berbagai mineral dan dihiasi dengan pohon-pohon, tanaman menjalar dan semak-semak yang indah. Suara-suara air terjun di atas gunung menciptakan vibrasi yang menyenangkan. Begitulah adanya gunung itu, semakin meningkatkan keindahan disegala penjuru. Tanah lapang di kaki gunung selalu di bersihkan oleh gelombang ombak susu membentuk jamrud di sekiling gunung, di delapan penjuru mata angin. Para penduduk planet-planet atas seperti para Siddha, Carana, Ghandarva, Vidyadhara, para Naga, Kinnara dan Apsara biasanya pergi ke gunung untuk bermain-main (sport). Demikianlah semua gua di gunung itu penuh dengan penduduk-penduduk Surgawi ini.” (Bhag. 8.2.7-8)
“Lembah-lembah di bawah Gunung Trikuta terhias indah dengan beraneka ragam hewan hutan, dan di dalam pohon-pohon yang terawat di taman- taman oleh para dewa, ada beraneka jenis burung bersiul dengan suara-suara merdu. Gunung Trikuta memiliki banyak danau dan sungai, dengan pantai-pantai yang ditutupi dengan permata/mutiara-mutiara kecil menyerupai butiran-butiran pasir. Airnya sejernih kristal, dan ketika bidadari para dewa mandi di dalamnya, badan-badan mereka memberikan keharuman kepada air dan angin sepoi yang bertiup, yang memperkaya atmosfer di sana.” (Bhag. 8.2.7-8)
Di planet-planet Surga, badan-badan para gadisnya tidak hanya indah, tetapi juga memberikan keharuman kepada danau-danau dan juga angin sepoi-sepoi yang bertiup. Di Planet Bumi ini, setiap orang mengetahui jika badan kita tidak dimandikan setiap hari, maka akan mulai berbau tidak sedap. Untuk menutupinya, orang sering menggunakan wewangian buatan untuk badan mereka agar berbau harum, untuk menutupi kenyataan bahwa mereka tidak mandi dengan teratur. Tentu saja, hal ini jauh dari standar Surga ketika kita harus mentolerir bau tidak sedap badan orang-orang di sekitar kita. Oleh karena itu, hal ini adalah pembanding yang baik untuk mengerti bagaimana planet-planet Surga ribuan kali lebih mewah dibandingkan planet Bumi ini.
Dengan mempelajari literatur Veda, kita dapat mempelajari tempat-tempat seperti Surga ini. Namun, mencoba untuk mencapai pengetahuan seperti itu lewat indra dan peralatan yang terbatas seperti teleskop, yang merupakan perpanjangan indra-indra kita yang cenderung salah (faulty sense), kita tidak akan pernah mampu mengamati dengan wajar keadaan-keadaan dari planet-planet yang lebih tinggi. Oleh karena itu, kita bisa mendapatkan pemahaman apa sebenarnya planet-planet yang lebih tinggi itu, seperti uraian yang ditemukan di dalam buku-buku seperti Srimad Bhagavatam, yang menguraikan kemewahan Dewa Indra, Raja Surga, sebagai berikut:
“Hiranyakasipu, yang memiliki segala kemewahan mulai tinggal di Surga, dengan taman Nandananya yang terkenal, yang dinikmati oleh para dewa. Pada kenyataannya, dia tinggal di istana Dewa Indra, Raja Surga. Istana itu dibangun secara langsung oleh arsitek para dewa, Visvakarma dan dibuat sedemikian indah, seolah-olah Dewi Keberuntangan alam semesta ini berstana di sana. Jalan-jalan setapak di kediaman Raja Indra terbuat dari coral, lantainya terhias dengan Jamrud yang tak ternilai, tembok-temboknya terbuat dari kristal, dan pilar-pilar terbuat dari batu yang bernama Vaidurya. Canopi-canopi terhias dengan indah, tempat-tempat duduk terhias dengan batu ruby, dan tempat tidur terbuat dari sutra, seputih busa, yang terhias mutiara. Gadis-gadis istana itu, yang diberkati dengan gigi-gigi yang indah, dan wajah-wajah yang paling cantik, berjalan ke sana dan ke mari di istana itu, gelang kaki mereka bergemerincing dengan merdu, dan mereka melihat bayangan mereka sendiri di permata-permata (yang ada di istana itu).” (Bhag. 7.4.8-11)
Kebanyakan diantara kita bahkan tidak dapat membayangkan sebuah rumah dengan tembok-tembok kristal, jalan terbuat dari coral, lantai yang dilapasi Jamrud, kursi-kursi dilapisi ruby, dan tempat-tempat tidur dilapisi mutiara. Namun, di sini diuraikan sebuah istana yang sangat besar, dimana banyak orang tinggal. Ini adalah wilayah Surga dimana hanya mereka yang kualifaid dapat memasukinya. Kita tidak akan mampu pergi ke sana dengan alat-alat roket atau capsul ruang angkasa. Satu-satunya cara yang sebenarnya agar kita dapat memasuki atmosfer kahyangan atau Surga adalah dengan kegiatan-kegiatan saleh, karma baik, atau kesempurnaan mistis. Bagaimanapun, bagi mereka yang benar-benar bijaksana, mencapai Surga tidak begitu penting.
Kesempatannya ada di Bumi ini
Manusia bijaksana yang memiliki pengetahuan tentang bagaimana dunia ini bekerja, mengetahui bahwa di planet-planet Surga, dan dimanapun juga, ada kelahiran dan kematian. Para penduduk ’Planet-planet-atas’ hidup sangat lama dilihat dari perhitungan Bumi, namun akhirnya di sana juga kehidupan akan berakhir. Bagaimanapun juga, Kehidupan di Planet-planet atas tersebut masih berada dalam lingkup dunia material ini (bukan Dunia Spiritual), dimana segala sesuatunya secara bertahap akan merosot, rusak dan hancur. Seperti halnya seseorang menabung uang, pergi berlibur ke Hawai atau suatu tempat dan menghabiskan seluruh waktu untuk dapat menikmati, bersantai, dan hanya melakukan segala sesuatu yang ia suka, ketika uang habis dipakai maka ia harus kembali pulang ke rumah dan kembali bekerja. Sama halnya seperti itu, setelah seseorang melaksanakan banyak perbuatan saleh dan mengumpulkan berlimpah karma baik, orang mungkin dapat memasuki wilayah Surga, hidup dan menikmati kenikmatan Surgawi selama ribuan tahun. Namun, ketika pahala-pahala saleh yang terkumpul telah habis dinikmati, maka keberadaannya di Surga juga berakhir dan dia harus kembali ke Bumi untuk memulai hidup lagi. Hal ini dijelaskan di dalam Munduka Upanishad (1.2.10) sebagai berikut, “Dengan menganggap kurban suci dan kegiatan baik atau sebagai yang terbaik, orang-orang bodoh ini tidak mengetahui kebaikan yang lebih tinggi. Dan setelah menikmati (pahala meraka) di Surga, yang didapat dari kegiatan baik, mereka datang (lahir) lagi ke Bumi ini atau ke planet yang lebih rendah.”
Oleh karena itu, Resi-resi yang penuh pengetahuan menganggap Surga dan segala kemewahannya tidak lebih dari sekedar Phantasmagoria, sebuah mimpi yang menakjubkan namun temporer atau bersifat sementara. Nyatanya, segala jenis kehidupan Surgawi di atas tidak lain merupakan berbagai tingkatan kehidupan yang keberadaannya masih tergolong ada dalam ciptaan (alam semesta) material ini—bukan di Alam Semesta Rohani. Maka itu Sri Krishna menjelaskan di dalam Bhagavad Gita: “Dari planet yang paling tinggi (Brahma-loka-ed) sampai planet yang paling rendah (Planet-planet Neraka-ed), semuanya adalah tempat-tempat kesengsaraan dimana berlangsung kelahiran dan kematian yang berulang. Namun, dia yang telah mencapai Tempat Tinggal-Ku, wahai putera Kunti, tidak akan pernah lahir lagi.” (Bg. 8.16)
Mereka yang serius menyibukkan diri dalam jalan Spiritual tidak peduli apakah mereka akan masuk Surga atau Neraka. Bagi mereka, Surga dapat menjadi Neraka tanpa Bhakti (Pemujaan) kepada Tuhan dan Neraka dapat menjadi Surga dengan khusuk bermeditasi kepada Tuhan. Tidak begitu penting dimana Anda berada, namun bagaimana Anda menggunakan waktu andalah yang membuat perbedaan, seperti dijelaskan dalam sloka (ayat) berikut ini.
“Oh Tuhan, kami berdoa semoga Engkau membiarkan kami lahir di dalam segala kondisi kehidupan Neraka, kalau hati kami dan pikiran kami selalu sibuk di dalam pelayanan suci kepada Kaki Padma-Mu, kata-kata kami menjadi lebih indah (hanya dengan membicarakan segala kegiatan-Mu) seperti halnya daun Tulasi[3] dipercantik ketika dipersembahkan kepada Kaki Padma-Mu, dan sepanjang telinga kami selalu mendengar tentang sifat-sifat rohani-Mu.” (Bhag. 3.15.49)
Sekarang kita dapat mulai lihat planet-tengah, Bumi, adalah tempat dimana seseorang dapat pergi ke Surga, atau ke Neraka, atau ke dunia rohani yang sepenuhnya berada di luar ciptaan material ini. Di Surga, atmosfernya sangat kondusif untuk kenikmatan indra dimana seseorang sulit sekali berkonsentrasi untuk membuat kemajuan dalam spiritual. Di planet-planet yang lebih rendah, hidup terlalu menderita dan sengsara, atau masyarakatnya terlalu materialistik untuk sibuk dalam kegiatan spiritual. Tetapi di planet pertengahan ini, umumnya hidup tidak begitu Surgawi atau Nerakawi. Oleh karena itu, ia merupakan lingkungan yang cocok untuk seseorang melaksanakan jalan spiritual.
“Karena bentuk kehidupan manusia merupakan posisi yang mulia untuk keinsyafan spiritual, semua para dewa di Surga berbicara seperti ini: Betapa hebatnya makhluk manusia ini karena lahir di Bharata varsha (Planet Bumi). Mereka pasti telah melaksanakan kegiatan-kegiatan saleh berupa pertapaan di masa lalu, atau pribadi Tuhan Yang Maha Esa sendiri sudah puas dengan mereka. Kalau tidak, bagaimana mungkin mereka sibuk di dalam pengabdian suci dalam begitu banyak cara? Kita, para dewa hanya dapat bericta-cita untuk mendapat kelahiran sebagai manusia di Bharata Varsha untuk melaksanakan pengabdian suci, namun umat manusia ini sudah melaksanakan di sana. (Bhag. 5.19.21)
“Setelah melaksanakan tugas yang amat sulit dalam kurban suci ritualistik Veda, melaksanakan pertapaan, melaksanakan sumpah dan berderma, kami telah mendapatkan kedudukan ini sebagai penduduk planet-planet Surga. Namun apakah nilai dari pencapaian ini? Di sini kami sangat sibuk dalam kepuasan indra material, dan oleh karena itu kami sangat sulit untuk mengingat Kaki-Padma Narayana. Tentu saja, karena pemuasan indra yang berlebihan, kami hampir selalu melupakan Kaki-Padma-Nya.” (Bhag.5.19.22)
“Sebuah hidup singkat di tanah Bharata Varsha adalah lebih baik dibandingkan sebuah hidup di Brahmaloka selama jutaan dan miliaran tahun karena jika seseorang diangkat ke Brahmaloka, dia juga mengulangi kelahiran dan kematian. Meskipun hidup di Bharata Varsha, sebuah planet yang lebih rendah, sangat singkat, namun orang yang hidup di sana dapat meningkatkan dirinya ke dalam Kesadaran Krishna (kesadaran akan Tuhan dan jati diri kita) penuh dan mencapai kesempurnaan tertinggi, bahkan dalam hidup yang singkat ini, dengan sepenuhnya menyerahkan diri kepada Kaki Padma Tuhan. Demikianlah seseorang dapat mencapai Vaikunthaloka (Planet-planet Rohani), dimana tidak ada kecemasan dan tidak pula ada kelahiran kembali dalam badan material.” (Bhag.5.19.23)
“Bharata Varsa menawarkan lingkungan dan tempat yang tepat untuk melaksanakan pengabdian suci (Bhakti Yoga), yang dapat membebaskan orang dari segala akibat jnana (pengetahuan spekulasi) dan karma. Jika seseorang mendapatkan sebuah badan manusia di Bharata Varsha, dengan organ sensori yang jelas yang mana dapat melaksanakan Sankirtan Yajna ’mengucapkan atau menyanyikan keagungan nama suci Tuhan’, tetapi walaupun ada kesempatan ini, ia tidak menjalankan pengabdian suci, maka dia memang seperti hewan dan burung hutan yang bebas, yang kurang perawatan dan oleh karena itu, sekali lagi tertangkap oleh pemburu.” (Bhag. 5.19.25)
Ayat-ayat Srimad Bhagavatam ini secara langsung menekankan kesempatan yang jarang kita dapatkan, sekarang kita tahu diri kita sudah berada di planet Bumi ini. Orang yang tidak menggunakan kesempatan seperti ini untuk sibuk dalam pencarian kemajuan spiritual, maka pastilah hidup hanya untuk mati tanpa membuat suatu kemajuan yang nyata ke arah kebebasan dari eksistensi atau keberadaan material. Bahkan para dewa berdoa untuk lahir di Bharata Varsha.
[1] Di sini hanya dijelaskan struktur dasar alam semesta (berupa 14 susunan planet ditambah planet-planet Neraka di bawahnya). Bagaimana isi lebih lengkap alam semesta ini ada dalam berbagai Kitab-kitab suci Veda Lainnya seperta Srimad Bhagavatam SkAnda5, Surya Sidhanta, dan lain-lain.
· Menurut Literatur Veda, Ciptaan itu terdiri atas dua jenis, yaitu Dunia Material dan Dunia Rohani (atau sering disebut Kerajaan Tuhan). Dunia Materiil bersifat sementara dan terjadi penciptaan dan peleburan (kiamat) yang berulang sedangkan Dunia Rohani Bersifat Kekal. Perbandingan antara Dunia Material dan Dunia Spiritual adalah 1:3. Jika kita lihat dari Dunia Rohani maka di salah satu sudut Dunia Rohani ada sebuah “awan gelap” di dalam awan inilah Ciptaan Alam Materiil ini berada, yang mana di dalamnya terdapat gelembung-gelembung alam semesta (yang keluar dari pori-pori Badan Maha-Vishnu) yang jumlahnya tidak terhitung. Di dalam setiap Alam Semesta Materiil ini ada banyak planet, bintang, dan lain sebagainya. Dan salah satunya adalah planet Bumi, dimana kita berada sekarang. Jadi kita sedang berada di Dunia Material, bukan Dunia Rohani.
No comments:
Post a Comment